Kehidupan Sederhana Dr. Zakir Naik: Menukar Dunia Demi Dakwah

TimurDigital - Pagi itu, saya dan suami menonton podcast inspiratif antara Dr. Richard Lee—dokter sekaligus mualaf baru—dengan sosok da’i internasional, Dr. Zakir Naik. Tak disangka, obrolan mereka menyentuh hati saya begitu dalam hingga air mata pun menetes. Bukan karena kisah dramatis, tapi karena keteladanan yang begitu nyata.

Dr. Richard, yang baru saja memeluk Islam, mendapat undangan langsung untuk berkunjung ke rumah Dr. Zakir di Malaysia. Pertemuan itu bukan sekadar formalitas. Dr. Richard dengan jujur dan antusias bertanya banyak hal—mulai dari keimanan, perjalanan hidup, hingga keseharian pribadi Dr. Zakir. Semua dijawab terbuka dan penuh hikmah.

Dokter yang Memilih Jalan Dakwah

Tahukah kamu? Dr. Zakir dulunya adalah seorang dokter medis, begitu juga dengan kedua orang tuanya. Namun ia memilih untuk meninggalkan profesi tersebut dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk menyebarkan Islam. Keputusan besar yang jarang dilakukan, namun justru membuat hidupnya semakin bermakna dan produktif.

Dalam percakapan itu, Dr. Zakir menjelaskan rutinitas hariannya yang luar biasa:

• Tidur hanya 3,5 jam sehari

• Menghabiskan 5,5 jam untuk salat wajib dan sunnah

• Menjalankan 10 bisnis, tapi hanya ditangani langsung selama dua hari dalam sebulan

• Seluruh sisanya digunakan untuk dakwah

Ya, waktunya hampir sepenuhnya untuk berdakwah: menjawab pertanyaan, memberi ceramah, mengelola konten dakwah online dan offline, serta menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia.

Gaya Hidup yang Menggetarkan

Meski punya penghasilan luar biasa dari bisnis yang ia bangun, gaya hidup Dr. Zakir tetap sangat sederhana. Ia tidak mengambil sepeser pun dari hasil dakwah. Tiket pesawat, penginapan, dan seluruh biaya ceramah di berbagai negara ditanggung sendiri. Ia bahkan mengatakan hanya membutuhkan sekitar $500 atau sekitar 7 juta rupiah per bulan untuk hidup. Sisanya? Disumbangkan untuk dakwah dan kegiatan sosial.

Dr. Richard pun tak bisa menyembunyikan kekagumannya dan bertanya, “Ustadz, Anda pendakwah internasional. Tapi kenapa hidup Anda sederhana sekali? Ke mana semua hasil dari dakwah?”

Jawaban Dr. Zakir membuat bulu kuduk merinding:

“Saya tidak pernah ambil sepeser pun dari dakwah.”

Bisnis dengan Allah, Bukan Dunia

Dr. Zakir mengajarkan prinsip hidup yang amat dalam:

“Allah tidak melihat jumlah sedekahmu, tapi persentase dari apa yang kamu miliki.”

Ia selalu menasihati anak-anaknya:

“Berapa pun penghasilan yang kamu dapat, minimal 51% harus disedekahkan.”

Ia memberi contoh:
Orang yang memiliki uang 10 juta lalu menyedekahkan 5 juta telah menyumbangkan 50% hartanya. Itu jauh lebih berarti di sisi Allah dibanding orang yang menyumbang 50 juta dari total kekayaan 1 miliar (hanya 5%).

Mengikuti Jejak Rasulullah

Dalam salah satu momen wawancara, Dr. Zakir berkata dengan keteguhan:

“Aku hidup sederhana karena aku melihat cara hidup Rasul.”

Pernyataan yang singkat namun mencerminkan pemahaman mendalam dan kecintaan pada Nabi Muhammad SAW. Ia tidak hanya berdakwah lewat kata, tapi melalui keteladanan hidup.

Penutup

Dalam dunia yang semakin mencintai glamor dan harta, kisah Dr. Zakir Naik adalah oase keteladanan. Seorang ilmuwan, pebisnis, dan da’i besar yang memilih jalan sederhana, agar langkahnya ringan menuju akhirat.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari hidup beliau. Bukan untuk meniru total, tapi setidaknya mulai melangkah menuju hidup yang lebih bernilai: Bisnis dengan Allah, bukan semata dunia.

MasyaAllah. Semoga Allah selalu memberkahi beliau dan dakwahnya. Aamiin.